Kehidupan sehari-hari di kampus merupakan bagian penting dari pengalaman belajar bagi setiap mahasiswa. Berbagai aktivitas, tugas, dan interaksi dengan sesama mahasiswa maupun dosen menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas sehari-hari di kampus. Namun, seringkali kehidupan kampus juga dipenuhi dengan berbagai tantangan dan hambatan yang harus dihadapi.
Dalam menggambarkan kehidupan kampus, seringkali anak kampus menggunakan ungkapan pantun sebagai cara untuk menyampaikan perasaan dan pengalaman mereka. Pantun merupakan sebuah bentuk puisi lama yang terdiri dari empat baris dengan rima yang sama pada baris kedua dan keempat. Dalam konteks kehidupan kampus, pantun anak kampus seringkali menggambarkan berbagai aspek kehidupan kampus secara ringkas namun padat.
Misalnya, pantun seperti “Pagi-pagi bangun tidur, menuju kampus penuh semangat. Bertemu teman-teman sahabat, belajar bersama tak pernah merasa lelah” dapat menggambarkan semangat dan antusiasme mahasiswa dalam menjalani aktivitas di kampus. Pantun seperti ini seringkali digunakan sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan atas kesempatan untuk belajar dan berkembang di lingkungan kampus.
Namun, tidak selalu kehidupan kampus diungkapkan dalam bentuk pantun yang positif. Terkadang, pantun anak kampus juga menggambarkan berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi, seperti “Ujian datang tanpa aba-aba, belajar semalam suntuk tak kunjung selesai. Tekanan dan stres menjadi sahabat, tetapi tetap semangat untuk meraih cita-cita”.
Hal ini menggambarkan realitas kehidupan kampus yang tidak selalu mudah, namun juga merupakan bagian dari proses belajar dan pengembangan diri. Dengan menggunakan ungkapan pantun, anak kampus dapat menyampaikan berbagai perasaan dan pengalaman mereka secara kreatif dan menggugah.
Referensi:
1. Arifin, Zainal. (2017). “Pantun Sebagai Ekspresi Bahasa Budaya Anak Kampus”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 10(2), 65-78.
2. Purwanto, Edi. (2019). “Pantun sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi”. Jurnal Pendidikan Tinggi, 12(1), 45-58.
